Rabu, 27 Februari 2008

Perkembangan terbaru di WTO : Manuver yang “Terpisah dan Mengatur” untuk Perundingan Doha WTO ?


Isu mengenai proses pengambilan keputusan di WTO kembali muncul dalam perundingan WTO ketika negara anggotaa meminta dikeluarkannnya serangkaian teks negosiasi yang baru untuk liberalisasi pertanian dan tarif industri di akhir bulan ini atau awal Februari.


Delegasi mengkhawatirkan Direktur Jenderal Pascal Lamy mengeluarkan proses negosiasi dari tangan ketua kelompok negosiasi secara multilateral, dan mengambil alih prosesnya dengan hanya melibatkan hanya sebagian kecil dari anggota negosiasi.


Pembicaraan terakhir yang terjadi di Genewa adalah bahwa Lamy dapat membawa teks baru ke dalam sebuah ruang yang tertutup atau disebut ”Green Room”. Green room merujuk pada negosiasi yang tertutup yang dilaksanakan di antara jumlah yang terbatas dari delegasi.

Ini akan menjadi ”proses horizontal” dari negosiasi ketika liberalisasi tarif pertanian dan industri dipertemukan bersama sehingga pertukarana dapat terjadi antara dua hal tersebut. Isu lain, terutama mengenai jasa, juga akan dibawa ke meja perundingan tertutup secara cepat – jika tidak pada waktu yang bersamaan.

Pertemuan makan siang secara terpisah telah dilakukan di Davos dalam Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) pada tanggal 26 Januari 2008. Yang diundang hanyalah sebagian kecil dari menteri. Isu yang digulirkan dalam pertemuan itu adalah bagaimana memproses teks-teks yang telah direvisi tersebut hanya bagi para undangan makan siang.


Ada beberapa rencana untuk mengadakan pertemuan mini-ministerial yang jaraknya tidak terlalu jauh. Ini diharapkan akan dilakukan pada bulan Februari. Tapi karena memang perundingan berjalan dengan lambat, beberapa pihak bahkan berspekulasi bahwa ini hanya akan terwujud di akhir bulan Maret. Salah satu perwakilan negara berkembang di Genewa mengatakan, “Kemajuan adalah satu hal yang harus dilakukan. Tapi kita membutuhkan beberapa perubahan pada beberapa titik (untuk menyimpulkan negosiasi), dan ini akan datang dari level politik, bukan berasal dari meja perundingan secara teknis.”


Mengimentari proses yang ada, delegasi negara berkembang lain mengatakan bahwa, “Lamy dan Uni Eropa, menginginkan untuk merumuskan teks yang telah direvisi dalam Green Room. Ini menjadi sangat berbahaya. Kita berpikir bahwa teks ini perlu dibawa lagi ke dalam diskusi dan jika perlu, akan ada revisi yang kedua.” ”Jika kita mendengarkan suara mayoritas dalam perundingan, hal ini jelas bahwa dalam pertemuan Dewan Umum WTO di bulan Desember lalu menginginkan dalam pertemuan pertanian yang terbuka. Delegasi diminta untuk merundingkan bersama-sama teks yang direvisi dalam sebuah komite spesifik. Lamy, sebaliknya, menginginkan untuk merubah proses horizontal secepatnya, “ kata Delegasi.

Beberapa utusan juga menambahkan, “ Lamy berpikir bahwa orang-orang teknis di Genewa telah menyelesaikan diskusinya. Dia tidak ingin lagi untuk mengadakan sesi khusus (sesi negosiasi mengenai isu-isu tertentu). Sebaliknya, kami tidal pernah berpikir bahwa diskusi telah selesai.”

Delegasi yang tidak diundang ke dalam Green Room khawatir jika suara mereka dapat termajinalisasi jika negosiasi hanya dilakukan di Green Room.

Seorang delegasi Afrika berkomentar bahwa, “ Ini adalah sebuah tradisi dalam WTO untuk menempatkan isu-isu krusial dalam sebuah proses yang tidak transparan dan tidak inklusif. Ini apa yang terjadi ketika mereka membuat sedikit seleksi delegasi, sekitar 30 delegasi atau lebih, untuk memutuskan isu-isu yang penting.

“Mereka terlihat ada dalam diskusi untuk meningkatkan teks tapi pada faktanya anggota yang lainnya hanya sebagai tempelan saja. Kita telah mengkomplain hal ini selama beberapa tahun mengenai kurangnya transparansi, mengenai pembiaran, mengenai pembagian dan peraturan mengenai deklarasi dari ketua (yang tidak merefleksikan secara jujur pandangan dari keanggotaan),” begitu delegasi menuturkan kepada IPS.

”Banyak anggota yang telah memberikan suaranya. Jika kita melakukan proses yang salah ketika teks diluncurkan, maka keberlangsungan sistem perdagangan multilateral secara keseluruhan akan berbahaya.”

Meskipun beberapa perhatian seperti beberapa isu, tapi masih ada perbedaan yang cukup mendalam. Anggota masih jauh untuk mengkritisi AS agar bagaimana distorsi perdagangan yang dilakukan AS harus dihentikan.

Tidak ada perjanjian dalam “special product” di dalam perundingan pertanian untuk negara berkembang – apakah dan sejauh manakah produk-produk khusus tersebut akin dikeluarkan dalam pemotongan tariff. Pembahasan mengenai “Green Box” juga harus dituntaskan, karena jutaan dolar telah dihabiskan oleh AS dan Uni Eropa ketika kategori “Green Box” dilihat sebagai distorsi non-perdagangan dan oleh karenanya dilegalkan oleh WTO.

Dalam bulan-bulan terakhir ini tidak ada perubahan mengenai tingkat pemotongan tariff yang harus dilakukan untuk produk-produk industri. Sebagaimana dikatakan oleh delegasi bahwa, ”Kita telah benar-benar stuck dalam perundingan NAMA.” beberapa delegasi yang diwawancara mengatakan bahwa tidak ada perhatian untuk merubah pemotongan yang sangat dalam yang terefleksi di dalam teks negosiasi di bulan Juli 2007.

Beberapa hal kritis untuk negara berkembang, termasuk negara-negara Afrika mengatakan bahwa mereka satu sisi telah ditinggalkan. Tanda tanya terbesar untuk para negosiator adalah bagaimana Washington akan memutuskan hal ini. Sebuah informan mengatakan, ”Mereka seolah-olah tidak menekan untuk hal apapun.” Jika dalam perundingan NAMA AS dan Uni Eropa ditekan, maka demikan halnya dengan subsidi pertanian AS yang akan diperketat. Sehingga, sebenarnya, dua isu ini saling berkaitan.”

Seorang delegasi dari negara maju mengatakan bahwa dia tidal terlalu berharap perundingan akin membawa pada sebuah kesimpulan. ”Namun, kita masih melakukan negosiasi,” ungkapnya. ”Bahkan jika kita punya kesempatan untuk rehat sejenak (sampai pemilihan Presiden AS selesai digelar), kita tetap harus berhati-hati akan kemungkinan apa yang akan terjadi.

Jika teks yang dibuat saat ini digunakan sebagai dasar perundingan, mereka akan menjustifikasi apapun, termasuk mandat Doha. Jadi, kita melanjutkan untuk menjadi sangat berhati-hati karena kita dapat ditempatkan sebagai pihak yang kalah di masa depan,” demikian kata delegasi.

Delegasi Afrika menekankan perhatiannya kepada politik “inward-looking AS”, “Kebijakan mereka terlihat sangat berorientasi ke dalam, bahkan jika mereka berbicara soal negosiasi bilateral dan multilateral sekalipun. Mereka meletakkan kepentingan nasional di atas segalanya.” Mungkin tidak ada yang salah dengan hal itu, tetapi kita mempunyai komitmen untuk bertrnasformasi system perdagangan sehingga negara berkembang dapat melakukan perdagangan dan menumbuhkan industrinya secara lebih baik.

“Ini membutuhkan kebijakan-kebijakan yang tepat, termasuk untuk perilaku yang berbeda dan spesial. Yang terjadi di dalam WTO adalah tendensi untuk menyamaratakan kemampuan semua negara di level yang sama, seolah-olah setiap negara memiliki otot yang sama. Inilah masalah besar yang ada di WTO.”

Sumber : Aileen Kwa , Trade: ''Divide and Rule'' Manoeuvre Planned for WTO Doha Round?, dipublikasikan oleh IPS.

Tidak ada komentar: