Rabu, 15 Juni 2011

Do You Know Your Strength? Think (and Feel) Again Please


FYI...dituliskan kembali dari artikel di Harian Kompas, Sabtu 4 Juni 2011 yang ditulis oleh Rene Suhardono, disebarkan untuk keperluan sharing



Pada awalnya,saya bekerja sebagai karyawan di sebuah bank swasta. Saat itu saya belum punya pemahaman soal passion ataupun purpose of life. Pilihan bekerja di bank terasa wajar karena relevansi dengan latar belakang pendidikan dan kesempatan memang terbuka. Hasil tes masuk kepegawaian mengindikasikan saya punya kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Kala itu saya pikir inilah validasi yang diperlukan. Motivasi kerja sekadar supaya bisa bahagia "3 harian" (baca:gaji). Kepedulian cuma pada 1 kata:"Me!" Semua pertimbangan tidak jauh dari kebutuhan untuk tampak keren di hadapan saudara dan teman-teman karena punya kartu nama. Saya bukan termasuk karyawan luar biasa, tetapi karena mudah bergaul saya memperoleh banyak kesempatan memperdalam ilmu perbankan. Saya pikir stength saya adalah perbankan. Selain itu, saya sudah bekerja sesuai dengan strength tersebut.

Your job is NOT and shall NEVER be your career. Beberapa tahun pun berlalu. Semakin mendalami dunia perbankan, semakin saya merasa asing dan tidak menikmati sebagian besar aktivis yang dijalankan. Banyak cara sudah dicoba, tetapi kebosanan, keresahan, dan ketidakpedulian semakin mendominasi. Belakangan saya menyadari ini problem karier dan tidak akan bisa dipecahkan dengan pendekatan pekerjaan semata. Tidak ada yang salah dengan profesi bankir dan beragam jenis pekerjaan lainnyanadalah sekadar alat-tidak lebih dan tidak kurang. Namun, berhubungan saya hanya paham dunia perbankan, pilihan apa yang bisa saya ambil? Apa jadinya kalau harus berkiprah di luar strength saya? Apakah anda pernah merasakan hal yang sama?

You can only start with what you have, NOT what you wish you have. Ada aspek tertentu dalam aktivitas sebagai bankir yang sangat saya nikmati yaitu berinteraksi dengan orang banyak dan merajut kolaborasi yang bermanfaat. Namun, peluang melakukan hal-hal ini tidak lebih dari 5 persen dari waktu dan porsi kerja ketika itu. Angan-angan beralih menjadi rencana untuk membalikkan keadaan dengan berupaya fokus terhadap hal-hal yang saya tahu saya sukai.

Your passion may not be something you are good at right now. Saya beruntung masih punya keberanian (baca:kegilaan) untuk melakukan sesuatu. Selain itu, sesuatu itu adalah pilihan untuk hanya menjalankan hal-hal yang saya nikmati dalam satu paket dengan konsekuensinya. Sama sekali tidak mudah, tetapi segalanya seolah dimudahkan saat sudah bisa jujur dengan diri sendiri.

Whether you think you can or you can't, either way you are you right. Sahabat saya Steven Kosasih mengatakan bahwa banyak orang merasa terpenjara dengan pilihan-pilihan yang mereka buat sendiri. Penjara ini hanya bisa dibongkar dengan kejujuran, keberanian,dan kepedulian.

Kekuatan dahsyat untuk bekerja, berkarya, dan berkontribusi berasal dari dalam diri sendiri saat pikiran dan hati selaras. Your real strength comes from the combination of your passion and clarity of your purpose. Pada kondisi ini, tidak ada yang tidak mungkin dengan izin-Nya.





Rene Suhardono - CareerCoach

Kompas, 4 Juni 2011 halaman 35